Ahmad Fauzi Al Idrus lahir di Labuhan Haji , Lombok, 25 Nopember 1973. Alumnus Universitas Islam Malang, pernah Juara I Lomba Baca Puisi tingkat guru Se-Sumatera Selatan Bulan Bahasa tahun 2009, menulis puisi di media lokal Palembang, seperti Harian Sumatra Exspres. Aktifitas sehari-hari Guru Honorer di SMPN 3 Pemulutan Selatan.
Alamat Sekarang : PERUM OPI Jl. Maluku, Blok F No. 17 Jakabaring, Palembang.
Email : ozizong@yahoo.co.id Blog : www.waroengkata-kata.blogspot.com
No. HP : 087897958773
Alamat Sekarang : PERUM OPI Jl. Maluku, Blok F No. 17 Jakabaring, Palembang.
Email : ozizong@yahoo.co.id Blog : www.waroengkata-kata.blogspot.com
No. HP : 087897958773
Cinta Bunga-bunga
Kemarin kau masih terlihat kuncup
Ketika kusentuh kelopakmu yang kuyup
Dan kubisikkan kata cinta dengan jantung yang penuh degup
Hingga kaupun jengah dengan mulut yang masih saja terkatup.
Dan malampun tiba
Kau sebarkan segala aroma
Penuh warna menyatu dengan purnama
Senggama dalam gelap gulita yang penuh cinta
Mengerjap-ngerjap ikuti irama
Berkeluh kesah pada nikmat yang tiada tara
Menyeretku pada surga yang tak terbaca
Membalutku pada rasa adam dan hawa
Dan pagi ini kaupun mekar
Menyambut matahari yang penuh sinar
Jakabaring, 12 juni 2011
Anak-Anak Berkata : “Ajari Aku Merindukan Surga ….”
Ajari aku merindukan Surga
Seperti dahulu … ketika aku merindukan perut mama
Dan aku terlahir dari rasa cinta
Menjelma anak yang bermain ditaman-taman dunia
Menanti tubuh yang tumbuh penuh sempurna
Tanpa rasa paksa, siksa, dan penuh dusta
Ajari aku merindukan surga
Kata mereka penuh canda
Sambil memanggul senjata dipelataran bus-bus kota
Di simpang-simpang ibu kota.
Juga dihalte-halte cinta.
Ajari aku merindukan surga
Begitu mereka bicara
Sambil berdiri ditengah jalan menggenggam bara
Menyodorkan tangan disetiap kaca
Menyeka keringat dan sesekali terlihat gembira
Surga ….
Ajari aku merindukanmu
Jakabaring, 15 juli 2011
Mengapa Bintang Tahun Ini Selalu Muncul Pagi Hari
Mengapa Bintang tahun ini
Selalu muncul pagi hari
Bukankah bukan saatnya
Atau barangkali Kau telah mengutusnya
Mencoba menyaingi matahari
Yang bersinar tanpa arti
Kenapa bintang tahun ini
Selalu muncul pagi hari
Seperti kuncup melati
Yang tak jadi merekah dipetik Oji
Seperti setandan pisang muda
Yang di karbit Ibu dalam baki
Seperti cinta yang lagi bersemi
Karena penuh caci maki
Atau Seperti ilalang yang tak jadi meninggi
Karena disabit para petani
Ahhh ….
Kenapa bintang tahun ini
Selalu saja muncul pagi hari
Seperti bayi yang mati
Karena ibu tak memberi Asi.
Jakabaring, 21 Juli 2011
Tentang Kata
Di tombak merahnya kata
menghujam dihulu sukma
dan aku terpana meregang nyawa
sambil kualunkan lagu cinta
... Ketika sampai diambang neraka
kudengar parau suara-suara:
"Darah-darah cinta,
Mengalirlah ke negeri Surga ....!
Jakabaring, 5 September 2011
Ketika Kata-Kataku Tertinggal Di Ampera
Ketika kata-kataku tertinggal di Ampera
Kuharap bisa kupungut kembali
Sebab ingin kurangkai ia menjadi makna
Dalam sebuah irama puisi
Tapi tak kujumpa ia kembali
Kata-kata itu menjelma serupa tari
Menghiasi Musi yang selalu berseri
Dan tak kuingin ia lupa diri
Ketika kata-kataku tertinggal di Ampera
Kumau tak satupun yang tahu
Sebab tak kuingin ia menjadi rasa
Dalam sebuah ragu dan tak tahu malu
Tapi tak kujumpa ia kembali
Kukira ia yang serupa tari
Padahal tak sedikitpun Musi bernyanyi
Dan akupun sunyi berlalu
Ketika kata-kataku tertinggal di Ampera
Dan akupun kembali
Hanya kutemukan jejak kaki-kaki mereka
Yang tak kan pernah mungkin kembali.
Jembatan Ampera, 11 januari 2011
Ketika…Cinta ?
Kau tenggelamkan dirimu disana
Pada gumpalan pasir panas yang membara
Menjelmakan diri menjadi Fatamorgana
Mencipta asa pada setiap yang terpana
Dan ketika beberapa mendekat penuh Asmara
Kau tersenyum tanpa cinta
Mengeringkan segala dahaga
Membuyarkan segala keinginan tawa
Dan menjelang senja …
Kau terbang ke angkasa
Bercengkrama dengan surya yang bahagia
Hingga terbiaslah sinar pada cakrawala
Dan ketika ada yang memandang penuh suka
Kaupun memandang mesra tanpa cinta
Hingga raga bagai hilang nyawa
Tersungkur diantara para pujangga …
Jakabaring, 5 Oktober 2011
Percintaan Bulan
Bulan birahi di singgasana
Membakar dirinya dengan cinta
Menyisakan serpihan bintang-bintang kecil tak bernama
Menyebar menjadi aroma tanpa rasa
Dan kini ia tiada
Matahari menangis diantara panasnya
Meredup sinar tanpa asmara
Hingga bumi berselimutkan gelap gulita
Tak berselang lama
Bulan kembali bercinta di surga
Menenggelamkan para malaikat tanpa busana
Terhanyut dalam putaran tanpa dosa
Dan kembali ia tiada
Matahari masih menangis dalam panasnya
Bumipun mati tanpa cahaya
Menggigil dalam tawanya ….
Jakabaring, 8 Oktober 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar