Terima Kasih Anda Telah Berkunjung Ke Kawasan Penyair Sumatera Selatan

Senin, 08 November 2010

Syamsul Noor Al-Sajidi


Lahir di Palembang 7 februari 1967. Menulis sajak, cerpen, artikel, esai, dan naskah teater panggung. Beberapa puisinya terhimpun dalam antologi puisi Ghirah (bersama beberapa penyair lain). Naskah teater panggung yang ia tulis dan pernah dipentaskan di Palembang atau di Jakarta, antara lain berjudul Renungan Sebaris Nafas, Ranti Ramanti, Pusaran Musim, Kokoh Akar Tudung Daun, Tek Tak Tek Tong, Bumi di Atas Langit, Balada Suka-Suka, dan Demi Masa.
Pada tahun 1992 membidani kelahiran Ikatan Penulis Muda Palembang (IPMP)
Bersama T. Wijaya, Koko Bae, Anwar Putra Bayu, Dimas Agoes Pelaz, dan Tonton Dai Permana. Lalu, Sanggar Kesenian Peranserta (Sangsekerta), P2M Sumsel (1994 – 1996). Sejak 1995 sampai sekaran ia aktif sebagai aktivis Forum Studi Seni dan Filsafat (FS2F) Sumsel, dan terus menulis karya sastra.



Aku Masih Bertanya

persekutuan apa kalian dirikan?
perekonomian makin sekarat
rakyat makin melarat
kolusi makin berkarat
koruptor tetap selamat
kejujuran makin sulit dirawat

masa depan siapa kalian investasikan?
bom di dapur rakyat meledak
bencana alam kian merebak
politisi sibuk berteriak
birokrat asyik memandang sepihak
para penjilat terbahak-bahak

hukum siapa kalian terapkan?
kepastian terombang-ambing oleh ketidakpastian
teka-teki dikemas jadi peraturan


Palembang, Muharram 1423


Ruang Hampa Udara

bunyi kehabisan suara
saat mengucap nyeri kenyataan
beragam slogan memenuhi dinding
pintu terkunci membiarkan setiap ketukan
“kami butuh udara. oksigen,” teriak orang-orang
“sabarlah, kami sedang menyusun demokrasi.
harga tetapstabil,” ucap orang-orang dari luar ruang

bunyi kehabisan suara
saat menatap luka perjuangan
kepastian makin tidak pasti
pintu tetap terkunci
terpaksa harga naik lagi untuk mengurangi subsidi
di sini, angkasa bertepi


Palembang, Dzulhijjah 1421

Anwar Putra Bayu

Anwar Putra Bayu, sosoknya biasa saja. Sedikit kurus, berkumis, dan berkacamata. Karya-karyanya berupa puisi, cerpen, atau catatan pada kolom seni/budaya di Harian Sumatera Ekspress dan Sririjaya Post. Beberapa karyanya seperti : Sajak pulau Kemarau, Sembunyi Dari Angin Musim Penghujan, Kotaku Telah tenggelam, Lelaki itu. Sastrawan Sumatera Selatan penyuka kopi ini sering mengikuti acara pertemuan penyair baik sifatnya lokal maupun nusantara.




Dalam Sakit


Dalam waktu yang lama kau sakit
lalu berjalan dengan pikiran yang begitu rumit
dan dikau temukan kembang
bermandi cahaya
Apakah kemarin senja kau meletakkan kehormatan
manakala seseorang menaruhkan cintanya

di atas selimut bergaris yang kau kenakan?
Ya,ya, itu kecerahan. Katamu bersulang
mulailah bermain dengan kekaleman
meski kau tak dapat menolak keindahan musim bunga
disaat sakit terus menguntit.

2010


Bulan Separuh Bayang

Kauberada di dalam alam
terbentang dan sejuk
melihat diri sendiri
melewati kegelapan yang sempurna.
Kautegak dalam selimut dingin pada ranjang malam
lalu kau tidak mampu berpikir bagaimana kesempurnaan itu
seperti ketika mengawal seberkas cahaya
dalam kelambu kegelapan.

2008


Kau Harus Marah


Begitu? Kaumemarahi diri sendiri
karena jalan hidup yang tidak sehat
lalu bagaimana dengan pikiran
serta para perempuanmu?.
Perempuan itu suka padamu
tapi dia harus membutuhkan akal sehatnya berjalan
dan dia memerlukan perasaan
sebagai manusia. Bukan perempuan.
Perempuan seperti dia
memerlukanmu cuma untuk mencari kehangatan
di samping mendengarkanmu membaca novel
dengan suara keras
Baik, baik,
kauharus marah-marah pada dirimu sendiri
karena kau tak punya persediaan kata-kata
untuk kemarahanmu
kata-katamu untuk cinta, kemarahan, kasih sayang, rindu dendam,
habis kau buang dalam puisi-puisimu
sebagai manusia saatnya kaumulai marah
dan katakanlah: dasar cinta!

2008


Badanmu Tumbuh Sayap

Kau makin lelah
untuk segala cinta
dan kata bersayap.

Kau turun dari tangga dan menuntunnya
maka kau telah mengobarkan rasa absurd
dua sisi badanmu tumbuh sayap
masihkah kau ingin belajar terbang?

2009