Terima Kasih Anda Telah Berkunjung Ke Kawasan Penyair Sumatera Selatan

Jumat, 14 Oktober 2011

Ahmad Fauzi Al Idrus


Ahmad Fauzi Al Idrus lahir di Labuhan Haji , Lombok, 25 Nopember 1973. Alumnus Universitas Islam Malang, pernah Juara I Lomba Baca Puisi tingkat guru Se-Sumatera Selatan Bulan Bahasa tahun 2009, menulis puisi di media lokal Palembang, seperti Harian Sumatra Exspres. Aktifitas sehari-hari Guru Honorer di SMPN 3 Pemulutan Selatan.
Alamat Sekarang : PERUM OPI Jl. Maluku, Blok F No. 17 Jakabaring, Palembang.
Email : ozizong@yahoo.co.id Blog : www.waroengkata-kata.blogspot.com
No. HP : 087897958773


Cinta Bunga-bunga

Kemarin kau masih terlihat kuncup
Ketika kusentuh kelopakmu yang kuyup
Dan kubisikkan kata cinta dengan jantung yang penuh degup
Hingga kaupun jengah dengan mulut yang masih saja terkatup.

Dan malampun tiba
Kau sebarkan segala aroma
Penuh warna menyatu dengan purnama
Senggama dalam gelap gulita yang penuh cinta
Mengerjap-ngerjap ikuti irama
Berkeluh kesah pada nikmat yang tiada tara
Menyeretku pada surga yang tak terbaca
Membalutku pada rasa adam dan hawa

Dan pagi ini kaupun mekar
Menyambut matahari yang penuh sinar

Jakabaring, 12 juni 2011


Anak-Anak Berkata : “Ajari Aku Merindukan Surga ….”

Ajari aku merindukan Surga
Seperti dahulu … ketika aku merindukan perut mama
Dan aku terlahir dari rasa cinta
Menjelma anak yang bermain ditaman-taman dunia
Menanti tubuh yang tumbuh penuh sempurna
Tanpa rasa paksa, siksa, dan penuh dusta

Ajari aku merindukan surga
Kata mereka penuh canda
Sambil memanggul senjata dipelataran bus-bus kota
Di simpang-simpang ibu kota.
Juga dihalte-halte cinta.

Ajari aku merindukan surga
Begitu mereka bicara
Sambil berdiri ditengah jalan menggenggam bara
Menyodorkan tangan disetiap kaca
Menyeka keringat dan sesekali terlihat gembira

Surga ….
Ajari aku merindukanmu

Jakabaring, 15 juli 2011



Mengapa Bintang Tahun Ini Selalu Muncul Pagi Hari

Mengapa Bintang tahun ini
Selalu muncul pagi hari
Bukankah bukan saatnya
Atau barangkali Kau telah mengutusnya
Mencoba menyaingi matahari
Yang bersinar tanpa arti


Kenapa bintang tahun ini
Selalu muncul pagi hari
Seperti kuncup melati
Yang tak jadi merekah dipetik Oji
Seperti setandan pisang muda
Yang di karbit Ibu dalam baki
Seperti cinta yang lagi bersemi
Karena penuh caci maki
Atau Seperti ilalang yang tak jadi meninggi
Karena disabit para petani

Ahhh ….
Kenapa bintang tahun ini
Selalu saja muncul pagi hari
Seperti bayi yang mati
Karena ibu tak memberi Asi.

Jakabaring, 21 Juli 2011


Tentang Kata

Di tombak merahnya kata
menghujam dihulu sukma
dan aku terpana meregang nyawa
sambil kualunkan lagu cinta

... Ketika sampai diambang neraka
kudengar parau suara-suara:
"Darah-darah cinta,
Mengalirlah ke negeri Surga ....!

Jakabaring, 5 September 2011


Ketika Kata-Kataku Tertinggal Di Ampera

Ketika kata-kataku tertinggal di Ampera
Kuharap bisa kupungut kembali
Sebab ingin kurangkai ia menjadi makna
Dalam sebuah irama puisi

Tapi tak kujumpa ia kembali
Kata-kata itu menjelma serupa tari
Menghiasi Musi yang selalu berseri
Dan tak kuingin ia lupa diri

Ketika kata-kataku tertinggal di Ampera
Kumau tak satupun yang tahu
Sebab tak kuingin ia menjadi rasa
Dalam sebuah ragu dan tak tahu malu

Tapi tak kujumpa ia kembali
Kukira ia yang serupa tari
Padahal tak sedikitpun Musi bernyanyi
Dan akupun sunyi berlalu

Ketika kata-kataku tertinggal di Ampera
Dan akupun kembali
Hanya kutemukan jejak kaki-kaki mereka
Yang tak kan pernah mungkin kembali.

Jembatan Ampera, 11 januari 2011


Ketika…Cinta ?

Kau tenggelamkan dirimu disana
Pada gumpalan pasir panas yang membara
Menjelmakan diri menjadi Fatamorgana
Mencipta asa pada setiap yang terpana

Dan ketika beberapa mendekat penuh Asmara
Kau tersenyum tanpa cinta
Mengeringkan segala dahaga
Membuyarkan segala keinginan tawa

Dan menjelang senja …
Kau terbang ke angkasa
Bercengkrama dengan surya yang bahagia
Hingga terbiaslah sinar pada cakrawala

Dan ketika ada yang memandang penuh suka
Kaupun memandang mesra tanpa cinta
Hingga raga bagai hilang nyawa
Tersungkur diantara para pujangga …

Jakabaring, 5 Oktober 2011


Percintaan Bulan

Bulan birahi di singgasana
Membakar dirinya dengan cinta
Menyisakan serpihan bintang-bintang kecil tak bernama
Menyebar menjadi aroma tanpa rasa

Dan kini ia tiada
Matahari menangis diantara panasnya
Meredup sinar tanpa asmara
Hingga bumi berselimutkan gelap gulita

Tak berselang lama
Bulan kembali bercinta di surga
Menenggelamkan para malaikat tanpa busana
Terhanyut dalam putaran tanpa dosa

Dan kembali ia tiada
Matahari masih menangis dalam panasnya
Bumipun mati tanpa cahaya
Menggigil dalam tawanya ….

Jakabaring, 8 Oktober 2011