Terima Kasih Anda Telah Berkunjung Ke Kawasan Penyair Sumatera Selatan

Minggu, 31 Juli 2011

Herdoni Syafriansyah

Herdoni Syafriansyah lahir di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, 7 Oktober 1991. Sejak kecil ia telah senang membaca dan seorang muda pecinta sastra. Pernah menjadi peraih nilai kedua tertinggi dalam acara Tryout Akbar Se-Muba tahun 2009 yang ikuti 1.700an peserta. Pada pertengahan tahun 2009 atau selepas SMA, ia mulai menekuni tulis cerpen dan puisi. Ia juga (pernah) bergabung di FLP Muba dan Teater Cindai Muba. Beberapa karyanya ada dijumpai pada situs cyber sastra, dan media Sumsel seperti: Majalah Muba Randik, Harian Musi Banyuasin, Majalah Pemprov Sumsel Young-G, dan Berita Pagi Sumsel. Untuk bersapa salam dengannya dapat melalui kontak FB di Herdonisyafsyakemilau@ymail.com dan nomor ponsel di 085267153015.


Yang Diharap Gugur Yang Diharap Cucur
( buat Tri Akbarisyah )

surya tenggelam. lentera padam
berjuta kilau melesat tajam
mengiris malam

tasbihtasbih melingkar langit
cahayacahaya menumpah bumi
bismillahbismillahbismillah
cahaya merekah di rumah Allah

lentera padam. bulan temaram
pukau tekuk merapat kalam
menarung malam

tasbihtasbih melingkar langit
bismillahbismillahbismillah
syafaat kami meruah tumpah

bismillahbismillahbismillah
qalbu menetes mendesau fitrah
cucurlah susu gugurlah tuba

allahuakbar, allahhurrahim
ya allah, ya rahman, ya rahim

( Sekayu, 25 Juli 2011 )


Syilogisme Sebab (3)

: Kepada Rumaisha Sulaim

Tidaklah hujan turun melainkan aku melihat tangismu

hai… anakku dari bani sulaim
mendekatlah, mendekatlah, mendekat engkau kepadaku
mari, sertakan senyummu kasihku

lepaslah letihmu di sini
inilah surga kami
dan di sana
tawarlah dahagamu
dengan segar telaga kautsar
ciciplah buahbuah
nikmatkami
untukmu

“kau wanita berparas cahaya
menjadikan islamku mahar kawinmu
kau wanita berhati mulia
menggugah rindu surgaku menunggu”

maka engkau mendekatlah anakku
maka engkau bahagialah anakku

jangan lagi kau tawan hujan dengan dukamu
sebab tujuh langit telah mencatat
namamu dalam daftar tamuku

( Sekayu, Juli 2011 )


WASIAT

kita kembali ke medan perang
kecipakkecipak warna
hujan api bertaburan

mengharap kejatuhan bulan
langit pekat biru
cakrawala mengungu
basah semesta pada kecupan fana
awangemawan menyibak langit

orangorang langit tengah berpesta

suatu ketika seorang nabi membawa getir
keringat hujan dari
asal nelangsa biru lautan
ia berlari memecah perih dalam
dahaga memapas putir titiran mega
menjungkir singkir jungkir angin kelana

orangorang langit tengah berpesta
langit pekat hadirkan perjamuan
putri rembulan menari dalam cakrawala
bidadari jelita bersenandung renyah sukasuka
iblis terkekeh dari neraka

“kalian semua sama!!” kata Allah
“Ya!!” kata pohonpohon
“tiada beda pangkatharta” kata Allah
“Ya!!” kata pohonpohon
“kuseru kalian berperang…”
“Ya” kata mereka

jati, merbau, temesu, sungkai,
bungur, kemutun, ketiau, seru,
gelunggang, medang, pelai, racuk.

Kupanggil yang beriman di antara kalian
untuk berperang, menebas sawang di langit hati
melawan iblis yang tak matimati

merentanglah si dahandahan
merancaplah doadoa pengharapan

mereka sedang berperang
mereka selalu berperang
pun nanti selalu berperang

orangorang langit tengah berpesta
langit pekat hadirkan perjamuan
putri rembulan menari dalam cakrawala
bidadari jelita merinaikan gita

:
inilah hidup inilah warna
untuk terjadi dan akhirnya
pada sebelum lalu kemudian
pada jalan dan tujuan

inilah hidup inilah warna
untuk dilalui kalian semua
pada pilihan pada keinginan
pada apa yang diharapkan

hidup hanya mengulang kisah
menanti lelah dalam sejarah
bila tiada pandai ia mengakali
terpuruklah ia mati sendiri

inilah hidup inilah warna
pada badan penuh luka
inilah hidup inilah warna
untuk dilalui kalian semua.

iblis terkekeh dari neraka.
merentanglah si dahandahan
merancaplah doadoa harapan

pukul lesak genderang ditabuh
sembilu angin merisau sendu
perang dan selalu berperang
tiada lagi mufakat qalbu
…………………………...

sungguh, hanyalah tuhan
kamus makna segala tahu

( Sekayu, 28 Juli 2011 )

Tidak ada komentar: