Terima Kasih Anda Telah Berkunjung Ke Kawasan Penyair Sumatera Selatan

Kamis, 10 Maret 2011

Amin Mulyanto




Lahir di Tuban,12 Mei 1972. Selain gemar menulis (untuk koleksi sendiri), juga mengabdikan diri di Balai Bahasa Palembang, Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional sebagai tenaga teknis (peneliti). Ada beberapa penelitian yang sudah dilakukan terkait dengan bahasa dan sastra daerah (sastra lisan), khususnya di wilayah Sumatera Selatan baik kelompok maupun perorangan. Lomba penulisan puisi prosaik ini sebagai ajang pengembangan diri untuk menyalurkan kreatifitas dan bakat menulis, sekaligus untuk menambah dan mengembangkan wawasan dalam dunia sastra, serta menilik lebih jauh perkembangan sastra Indonesia.


Bualan Bulan


kubiaskan wajahku dari keangkuhan duniamu
yang selalu terlihat ”glamour” itu katamu
di saat kupejamkan mata kau tersentak
hentak oleh ke-glamouran-mu yang tak berdaya

sunyi senjamu terasa nista
namun, kupertaruhkan wajah demi ketentraman
atas jiwaku yang meronta
namun, kau tak mau mengakuinya…

wajahku menawan, lembut bagai biduk merindukan…
kau pasrah dalam buaian malamku yang penuh gairah…
sayu-sayu kusinari dayumu yang layu…
hingga kau terkapar dalam pelukku…

akankah malam merangkulmu tanpa biasku, wahai sang gairah…
karena kusut tlah membawamu membelai kilauan wajahku yang bisu.

Palembang, 26 April 2010


Lantunan Semesta

tersirat rasa sejuk
menyelimuti sekujur tubuh dalam laku munajat
mengakrabi serangkaian peristiwa-peristiwa membisik
nuansa alam yang lantunkan lirik merdunya

hati berbisik menyetubuhi keterbukaan
akan peristiwa yang digejolakkan alam
melalui serentetan perubahan akrab setiap prilaku
yang memperlakukannya ke sisi-sisi kehidupan

semesta kembali menyapa
teriring lantunan kisah memperkenalkan
kejadian atas peristiwa yang berlalu
tuk kembali nyanyikan lagu pemahaman

tentang semesta beserta isinya
tentang semesta beserta peristiwanya
tentang semesta beserta lehidupan yang ada
tentang semesta dan sang pencipta

untuk menterjemahkan munajat lantunan semesta yang dirasakannya....
untuk kembali berserah atas lantunan semesta yang diciptakanNya.....
hingga diri merasa sejuk mengakrabi
lantunan semesta yang mengantarkan diri mengingat kebesarnNya...

Palembang, 28 sept 2009


Sujud

kuberada jauh…menepis sejengkal rindu
memaknai ribuan kelakar tak berujung
tuk dihempaskan pada kelir dunia
yang selalu memberikan nuansa kisah

pahami akan perjalanan waktu
antara pikir dan jiwa yang menyatukan
perdebatan olah menuju yang haq
atas bersit rintihan ruhani

kujejaki setiap jelang rindu
menguak ribuan nafas tersendat
tuk dihembuskan pada keikhlasan batin
yang selalu memberikan nuansa ceria

lingkupi sejuta perjumpaan
antara sadar dan ketidaksadaran
pergulatan rasa menuju yang hakiki
atas keluh tangisan jiwa

Palembang, 24 November 2009


Fatamorgana

sekejap dalam riuh gemuruh angin
melambai tangan menyambut tepukan
hingga suara serentak memanggil
suasana hening yang mulai merasuk

sekejap membludak detak kekaguman
atas tirai yang mulai lusuh
terselimuti debu yang terbawa angin
pada keakuannya yang mulai hilang

hening dan hilang mulai memadu satu
menggerayang sekejap pekat kejiwaan
yang mulai goyah atas riuhnya
namun tak kuasa menahan akan kekuatan yang semakin menggetarkan

jiwapun mulai kabur dari kenyataan sebenarnya…
lalu akankah hidup terus membuka diri dalam kehampaan yang nyata…

Palembang, 12 Februari 2010


Mendulang Pasrah atas Kisah

putih menjelma bayangan hitam
mendekam kelam dalam jenuh kepiawaian
kulihat kisah baru terlintas pasrah
mendekap bui rangkaikan sekatan

legammu warnai perbenturan
antara benar dan bujuk peranan
lemahmu warnai pertahanan
antara kekuatan dan unjuk kepasrahan

kau campakkan segala kegalauan
bersama duka, perlihatkan suka
kau utarakan segala kebohongan
bersama letih, meskipun merintih

kini kau yakin
esok kan terus berbagi
mengungkap sekilas pandang kepiawaian
kegalauan yang berujung kisah membekas pasrah…

Palembang, 8 Mei 2010

Tidak ada komentar: